INPUT
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH PASANG SURUT DI DESA KARANG BUAH
KECAMATAN
BELAWANG KABUPATEN BARITO KUALA
KALIMANTAN SELATAN
(Input Factors Affecting the Production and
feasibility of Rice Field Farming Tidal
In Karang Buah Village of Barito Kuala
South Kalimantan)
Hastirullah
Fitrah
Fakultas Pertanian Universitas Achmad
Yani Banjarmasin
ABSTRACT
The purpose of this study is: (1) To determine the Cost,
Revenue, profit and feasibility of tidal rice farming in Karang buah village of
Belawang. (2) To analyze the factors that influence the production of tidal
rice farming in Karang buah village of Belawang.
Based on the results of the calculation of the total cost of
Rp 232,349,480.00 with an average of Rp 7,744,982.67 / farmer, the total
production of 176 150 kg, the productivity of 2935 kg / ha (2,935 ton / ha).
Acceptance of Rp 440.375 million and profit of Rp 208 025 520, with feasibility
of 1.89.
Estimators factor tidal wetland rice production showed the
value of the F-hit. 0:01 (554.2903)> F-table 0:01 (2.142), mean overall
effect of independent variables on the dependent variable, the coefficient of
determination (R-Square) of 0.988850. Partially Land area (X1), very
significant effect on the production of t-hit (7.8491083)> t-tab 12:01
(2,457). Seeds (X2), showed no apparent effect on the value of t-hit
(1.0076000)> t-tab value of 0:05 (1,967). Urea fertilizer (X3) This factor
indicates highly significant effect on the level of confidence (99%), the
production due to the results of the analysis showed that the value of t-hit
(2.9446547)> t-table 0:01 (2,457). Kaptan (X4), these factors showed
significant effect on the production level of 95% as the value of t-hit
(2.3859546) <t-table 0:05 (1,697).
Key words : Input
Factors, production, Estimators Factor, Profit,
Feasibility
PENDAHULUAN
Beras merupakan komoditas pangan strategis yang masih
terus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah mengingat beras merupakan
makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun upaya
meningkatkan produksi dan produktivitas padi terus dilakukan oleh pemerintah,
masalah beras belum teratasi dengan baik. Pemecahan masalah terhadap
peningkatan produksi padi dilakukan melalui program intensifikasi dan
ekstensifikasi. Program tersebut dilakukan melalui penyediaan input, penyediaan
teknologi, sarana air, pemasaran hasil dan lain sebagainya yang memungkinkan
untuk lebih menggairahkan para petani berusahatani yang lebih optimal, sehingga
pada akhirnya akan terjadi peningkatan produksi dan produktivitas (Jefri,
2009).
Penyediaan dan
produktivitas pertanian terutama komoditas tanaman pangan sangat ditentukan
oleh ketersediaan dan potensi sumber daya lahan, baik dalam kaitannya dengan
produktivitas maupun intensifikasi. Ketersediaan sumberdaya lahan di luar pulau
Jawa masih cukup luas namun banyak diantaranya mempunyai sifat kurang
menguntungkan atau marjinal yang membutuhkan teknologi yang tepat. Lahan-lahan
marginal yang memungkinkan untuk dikembangkan seperti :lahan rawa lebak, pasang
surut, lahan kering termasuk lahan tadah hujan (Laporan Tahunan Balai Besar
Pengkajian Teknologi Pertanian tahun 2009).
Kabupaten Barito
Kuala, merupakan sentra produksi padi sawah dengan luas Luas lahan pertanian
menurut penggunaannya pada tahun 2009 mengalami peningkatan 5,15% dibandingkan
tahun sebelumnya yaitu dari 220.946 ha menjadi 232.335 ha. Sedangkan untuk
lahan sawah mengalami penurunan 5,05% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari
140.702 ha menjadi 120.643 ha. Produksi padi tahun 2009 adalah 317.605 ton
dengan rata-rata produksi 34,83 Kw/Ha. Hal ini menjadikan Kabupaten Barito
Kuala sebagai penghasil beras terbesar di Kalimantan Selatan yang mampu
menyumbang kurang lebih 16,23 % dari total produksi Kalimantan Selatan. Usaha
peningkatan peran sektor pertanian terus menerus dilaksanakan dengan program
antara lain : (1) Peningkatan Ketahanan Pangan, (2) Pengembangan Agribisnis,
(3) Pengembangan Kawasan Sentra Produksi
Pertanian dan Agropolitan (Pemerintah Daerah Batola, 2012).
Desa
Karang Buah merupakan salah satu Desa yang pada awalnya adalah daerah pemukiman
transmigrasi dari pulau jawa yang terdapat di Kabupaten Barito Kuala dan
sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Komoditi pertanian yang diusahakan
bermacam-macam seperti ; padi, palawija, sayuran, hortikultura dan peternakan.
Tipe sawah pasang surut di di Desa ini adalah tipe B artinya, daerah ini terletak diatas daerah A. untuk menggenangi sawah perlu dipasang pintu
air. Pertukaran air pada golongan ini kurang sempurna. Daerah ini cocok untuk padi, palawija dan sayuran.
1.2.
Identifikasi Masalah
Keberlanjutan usahatani padi di Kabupaten Barito Kuala
nampaknya menghadapi beberapa
permasalahan yakni produktivitas yang masih rendah, hal ini terlihat dari
luasan lahan sawah pasang surut tahun 2009 sebesar 101.424 Ha dengan produksi
317.605 ton dengan produksi rata-rata 34,83 Kw/Ha, lahan sawah mengalami
penurunan sebesar 5,05% dari tahun sebelumnya, padahal kabupaten Barito Kuala
dianggap sebagai sentra produksi beras,
penurunan luas lahan tersebut akan berpengaruh terhadap produksi
pertanian (padi ) pada lahan sawah di Kabupaten Barito Kuala.
1.3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut
diatas maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Kelayakan
Usahatani Padi sawah pasang surut di Desa Karang Buah Kecamatan Belawang
Kabupaten Batola.
2. Bagaimana elastisitas dan alokasi penggunaan
faktor-faktor produksi usahatani padi sawah pasang surut di Desa Karang Buah
Kecamatan Belawang Kabupaten Batola.
1.4. Batasan Masalah
Mengingat Peneliti mempunyai keterbatasan baik waktu,
tenaga dan biaya, maka dalam pengamatan ini hanya difokuskan pada hasil
produksi yang diambil selama 1 (satu) kali proses produksi atau panen pada
tahun 2012.
1.5. Tujuan dan Kegunaan
a. Tujuan
1.
Untuk mengetahui Biaya, Penerimaan, keuntungan dan kelayakan
usahatani padi sawah pasang surut di Desa Karang Buah Kecamatan Belawang.
2.
Untuk
menganalisis faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi sawah pasang
surut di Desa Karang Buah Kecamatan Belawang Kabupaten Batola.
Kegunaan
:
1. Sebagai bahan masukan bagi petani atau masyarakat di
Desa Karang Buah Kecamatan Belawang dalam melakukan usahatani tanaman padi
sawah pasang surut.
2. Bagi Pemerintah diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam menjalankan kebijaksanaan guna mendorong
kegairah petani dalam upaya meningkatkan produksi usahataninya.
METODOLOGI
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di
Desa Karang Buah Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala Propinsi Kalimantan
Selatan. Waktu pelaksanaan Penelitian
selama 3 (tiga) Bulan yani dari bulan Oktober sampai dengan Bulan
Desember 2011.
Metode
Penarikan contoh
Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah metode survey dengan teknik observasi partisipasi. Teknik Observasi adalah suatu teknik yang
digunakan peneliti untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui teknik wawancara
langsung dengan petani responden dan dibantu dengan daftar pertanyaan. Adapun mengenai data sekunder diperoleh
melalui monografi desa dan dari Instansi – instansi terkait dengan kegiatan
yang dilakukan, sedangkan penarikan contoh (sampel) menggunakan teknik acak
sederhana (Simple Random Sampling), dimana setiap petani mempunyai kesempatan
yang sama untuk diambil sebagai sample.
Dalam pengamatan ini jumlah sampel diambil sebanyak 10 % dari jumlah
populasi petani padi sawah pasang surut (301 petani), sehingga jumlah sampel
diambil sebanyak 30 orang, hal ini
sesuai dengan pendapatanya Masri Singarimbun (1981), bahwa besarnya jumlah sample untuk data yang
refresentatif minimal diambil 10% dari jumlah populasi.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara tabulasi dengan
analisis yang menyangkut faktor yang mempengaruhi produksi, biaya, penerimaan,
keuntungan dan kelayakan usahatani padi sawah pasang surut di Desa Karang Buah. untuk menjawab tujuan 1 yakni faktor yang
mempengaruhi produksi didekati dengan regresi kuadratik fungsi produksi Cobb
Douglas menurut Sokartawi (1990), Secara
matematis model fungsi produksi tersebut :
β1 β2
β3 μ
Y = βo.
X1. X2 . X3
. i …(1)
Keterangan
:
Y =
Produksi (Kg)
X1 = Luas Lahan (Ha)
X2 = Benih
(Kg)
X3 = Kapur (Kg)
X4 = Pupuk Urea (Kg)
βo =
Intercept
β ;
1,2,3 = Parameter pengamatan
μi =
Kesalahan Pengganggu (Standart Error)
Untuk
memudahkan perhitungan secara statistic maka model fungsi produksi Cobb-Douglas
ditransformasi dalam bentuk Logaritma Natural (LN) , sehingga diperoleh
persamaan sebagai berikut :
LnY = Lnβo + β1 Ln X1 + β2
LnX2 + β3 LnX3 +
μi …(2)
Asumsi :
1.
E (μi/Xi) = 0
2.
Tidak ada
Autokorelasi ; cov (μi, μj) = E (μi, μj) = 0 i ≠ j ;
3.
Heteroskedastis
(keragaman μ dari setiap variabel X tersebar sama) ; Var (μi/Xi) = E (μi2) = σ2
4.
Tidak ada
Multikorelasi antar variabel independent (X)
5.
Covariance (μi,
Xi) = 0 ; E [μi – E (μi)] [ Xi – E (Xi)]
= 0
Kemudian
dengan taraf kepercayaan 1 – α , 1 – α/2
dilakukan uji dengan menggunakan t-test dan F-test. Dengan kriteria
sebagai berikut :
1.
Apabila t-test
> t-tab (0,05), maka Ho ditolak, artinya variabel independent tersebut berpengaruh secara nyata terhadap
variabel dependen.
2.
Apabila t-test
< t-tab (0,05), maka Ho ditolak, artinya variabel independent tersebut tidak berpengaruh secara nyata
terhadap variabel dependen.
Untuk pengujian secara satu persatu
variabel penduga digunakan pengujian dengan menggunakan uji t-student, adapun
formulasinya adalah sebagai berikut :
bi
t-hit =
.............................(3)
Sbi
Keterangan :
t-hit = Uji t-student /t-hitung Pengujian satu
persatu
bi = Koefisien Regresi ke i
Sbi = Keragaman/standar deviasi koefisien
regresi ke i
kriteria uji F-test adalah
sebagai berikut :
1. Apabila F-test > F-tab (0,05), maka Ho ditolak,
artinya variabel independent tersebut
berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.
2. Apabila F-test < F-tab (0,05), maka Ho ditolak,
artinya variabel independen tersebut
tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.
3. Koefisien determinasi (R2) maka dapat
diketahui berapa besar sumbangan variabel independent terhadap variabel
dependen.
Untuk
pengujian secara menyeluruh variabel penduga digunakan pengujian dengan
menggunakan uji F-fisher, adapun formulasinya adalah sebagai berikut :
JKR/(df) k
F-hit = .....................(4)
JKS/(df) n – k – 1
Keterangan :
F-hit = Uji F (fisher) /F-hitung Pengujian
secara keseluruhan
JKR = Jumlah Kuadrat Regresi
(df) k = Derajat Bebas regresi
JKS = Jumlah Kuadrat Sisa
(df) n – k – 1 = Derajat Bebas sisa untuk ukuran contoh (n).
Keistimewaan model
fungsi sebagai alat analisis adalah dalam penaksiran parameter-parameternya
mudah dilakukan sebab koefisien bi = (i=1,2,…,n) sekaligus sebagai elastisitas
produksi dari faktor-faktor produksi yang terkait. Dari koefisien elastisitas
produksi tersebut akan dapat diketahui apakah petani berproduksi pada tahap
rasional atau tidak (Heady dan Dillon, 1972 dalam Jefry dkk, 2009).
Kriteria Pengambilan
Keputusan :
1. Apabila elastisitas produksi terletak antara bilangan
0 – 1 berarti penggunaan faktor produksi berada pada tahap rasional,
2. Apabila elastisitas produksi lebih dari 1 berarti
penggunaan faktor-faktor produksi itu masih dapat ditambah untuk mencapai hasil
produksi yang lebih besar, dengan kata lain petani masih mempunyai kesempatan
untuk mengatur kombinasi dengan penggunaan faktor-faktor produksi dalam
upayanya untuk memperoleh hasil produksi yang lebih besar.
3. Apabila elastisitas produksi bernilai negative atau
kurang dari 0 berarti penggunaan faktor produksi itu sudah berlebihan dan
berada pada tahap produksi yang tidak rasional lagi karena penambahan jumlah
input akan diikuti dengan pengurangan pada total hasil produksi (Soekartawi,
1990 dalam Jefri dkk, 2009).
Untuk mengetahui biaya total, secara matematis
ditulis sebagai berikut (Suherman Rosyidi, 2001).
TC = TFC + TVC ...................(5)
Keterangan :
TC = Total Cost / Biaya Total (Rp)
TFC = Total
Fixed Cost / Biaya Tetap Total (Rp)
TVC = Total Variabel
Cost / Biaya Variabel Total (Rp)
Selanjutnya untuk mengetahui
penerimaan adalah produksi dikali dengan harga yang berlaku, secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut (Syarifuddin A. Kasim , 1995).
TR = Q x P .............................(6)
Keterangan :
TR = Total Revenue / Penerimaan Total (Rp)
Q = Quantity / Jumlah Produksi (Kg)
P = Price /
Harga Produksi (Rp/Kg)
Setelah
penerimaan diketahui, maka dapat pula diketahui pendapatan adalah penerimaan
dikurangi dengan biaya total, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
p = TR
- TC ........................(7)
Keterangan :
p = Nett Income / Pendapatan Bersih/Keuntungan (Rp)
TR = Total Revenue / Penerimaan Total (Rp)
TC = Total Cost
/ Biaya Total (Rp)
Untuk menjawab tujuan
kedua, yaitu mengetahui tingkat kelayakan usahatani digunakan analisis RCR (Revenue Cost Ratio). Formula
matematikanya adalah sebagai berikut: (Soeharjo & Patong, 1986).
RCR = TR / TC...........................(8)
Dengan kriteria pengambilan
keputusan:
a.
RCR > 1, maka
usaha tersebut
menguntungkan
b.
RCR = 1, maka
usaha tersebut tidak untung dan tidak
rugi
c.
RCR < 1, maka
usaha tersebut tidak
menguntungkan
atau tidak rugi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek
Teknis Usahatani Padi sawah
Pengamatan terhadap usahatani padi
sawah pasang surut di Desa Karang Buah
Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala musim tanam 2012 adalah
mengenai aspek teknis dari persiapan penanaman sampai dengan panen, adapun
pengamatan terhadap teknis pelaksanaan penyelenggaraan usahatani padi sawah
pasang surut adalah sebagai berikut;
Pengolahan Tanah
Pada umumnya pengolahan tanah
yang dilakukan petani responden pada saat tanam musim kemarau adalah mengunakan
hand traktor, dilakukan dengan cara di glebek, maksudnya merebahkan rumput dan
menghancurkan bongkahan tanah menjadi butir-butir yang lebih kecil. Tanah di traktor dengan kedalaman 10 – 15
cm. Tanaman Padi sawah
menghendaki struktur tanah yang gembur, berdrainase, serta cukup
mengandung oksigen guna pertumbuhan optimal. Oleh karena itu pengolahan tanah
sebelum penanaman padi sawah merupakan
keharusan agar produksi dapat lebih
baik.
Penanaman
Penanaman yang dilakukan petani responden di Desa Karang
Buah dilaksanakan pada bulan Maret
sampai dengan Agustus. Dalam
melaksanakan penanaman pada umumnya petani tidak mengikuti jarak tanam yang teratur,
yang terpenting bagi petani adalah cepat selesai dengan jumlah bibit
banyak. Menurut Dirjen Tanaman Pangan
(1986) Jarak tanam yang dipakai adalah
30 x 30 cm dengan 2 – 3 batang/rumpun. Petani responden seluruhnya
menggunakan benih Jenis lokal varietas siam dan umumnya petani memperoleh benih
dengan jalan membeli seharga Rp 3500/Kg,
total benih yang digunakan petani responden adalah 1949 Kg dengan
rata-rata sebesar 65,0 kg/petani atau
32,48 Kg/ Ha (Lampiran 6).
Pemeliharaan
Pada umumnya
pemeliharaan yang dilakukan petani hanya memperbaiki saluran air saja sedangkan
pemberantasan hama penyekit tidak dilakukan, hal ini disebabkan para petani
tidak terbiasa menggunakan obat pembasmi hama dan penyakit, selain itu juga
disebabkan pada musim tanam 2012 tidak ada
serangan.
Pemupukan
Dalam hal pemupukan, petani di Desa Karang Buah hanya menggunakan Urea dan Kaptan (Kapur Pertanian). Pemakaian kaptan dimaksudkan adalah untuk mengurangi tingkat keasaman tanah. Jumlah pupuk urea yang digunakan adalah sebesar 11.468,75 Kg dengan rata-rata 382,29 Kg/petani atau 191,14 Kg/Ha. Jumlah Kaptan yang digunakan sebesar 27.575 Kg, rata-rata 919,17 Kg/petani (459,58 Kg/Ha).
Panen
Pada umumnya
panen dilakukan pada Bulan Agustus - September, alat yang digunakan adalah sabit. Tanda-tanda padi siap untuk dipanen adalah
bulir padi berwarna kuning, bernas dan daun bendera terlihatkan kering.
Analisis Biaya Usahatani Padi sawah
Biaya usahatani pada dasarnya adalah
nilai dari semua input atau korbanan bagi terselenggaranya kegiatan dan proses produksi
usahatani sejak awal sampai dengan diperolehnya output atau hasil usahatani.
Biaya yang dikeluarkan dalam suatu
usahatani nantinya akan berpengaruh terhadap pendapatan dan keuntungan
usahatani yang dilakukan. Semakin besar
biaya yang dikeluarkan, maka semakin kecil pendapatan yang diperoleh begitu
juga sebaliknya.
Komponen biaya yang dihitung dan
dianalisis pada usahatani Padi sawah
meliputi : Biaya Tetap (Fixed Cost) dan Biaya Variabel (Variable Cost).
Biaya tetap terdiri dari biaya Pajak lahan, Penyusutan alat dan Biaya Bunga
Modal. Sedangkan Biaya variabel terdiri dari ; biaya sarana produksi, Biaya
biaya Tenaga Kerja (Dalam dan luar keluarga) biaya pemgolahan tanah (sewa hand
traktor).
Biaya
Tetap (Fixed Cost)
Biaya
Pajak Lahan
Biaya pajak lahan
merupakan iuran tetap yang diwajibkan kepada pemilik lahan untuk dibayarkan
kepada pemerintah daerah setempat besarnya biaya PBB ini mengikuti
ketentuan yang berlaku di Desa Karang Buah pada umumnya. Biaya
pajak lahan setiap tahunnya sebesar Rp 15.000/Ha/tahun. Total biaya pajak lahan yang dibayar petani
responden adalah sebesar Rp 900.000 dengan rata-rata sebesar Rp 30.000/petani.
Biaya Penyusutan Alat
Perhitungan biaya penyusutan alat perlengkapan dilakukan apabila alat perlengkapan tersebut tidak habis dipakai dalam masa satu kali proses produksi. Alat perlengkapan yang dipergunakan oleh petani responden meliputi : sabit, karung, terpal, tikar dan hand sprayer, peralatan ini diperoleh petani responden dengan cara membeli. Perhitungan nilai penyusutan alat/perlengkapan berdasarkan metode garis lurus (Straiht Line Method), yakni nilai baru dikurangi nilai sisa dibagi dengan usia ekonomis alat. Biaya total penyusutan alat perlengkapan adalah sebesar Rp 2.561.250 atau rata-rata Rp 85.375/petani. Jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5.
Bunga Modal Modal yang dipergunakan oleh
petani responden di Desa Karang Buah adalah modal sendiri. Perhitungan bunga modal berdasarkan bunga
Bank yang berlaku saat ini yakni 14% per
tahun atau 1,17% per bulan. Perhitungan
bunga modal untuk usahatani padi sawah pasang surut di Desa Karang Buah adalah
biaya variabel ditambah dengan biaya pajak lahan dan biaya penyusutan alat. Berdasarkan hasil perhitungan, maka biaya
bunga modal untuk usahatani padi sawah pasang surut adalah sebesar Rp 10.005.480, dengan
rata-rata Rp. 333.516.
Dengan demikian biaya tetap total untuk Usahatani padi lokal di Desa Karang Buah adalah sebesar Rp
13.466.730,00 rata-rata sebesar Rp 448.891/petani. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10
berikut ini.
Biaya Variabel
(Variabel Cost)
Biaya Sarana Produksi
Biaya
sarana produksi yang digunakan oleh Petani dalam Usahatani padi sawah pasang
surut di Desa Karang Buah meliputi : Sarana Produksi, Tenaga Kerja dan biaya
pengolahan tanah (Hand Tractor). Biaya
sarana produksi ini seluruhnya didapat dengan cara membeli dan diperhitungkan
selama 1 tahun, sedangkan biaya tenaga kerja adalah biaya dalam keluarga dan
tenaga kerja luar keluarga. untuk biaya pengolahan tanah menggunakan hand
traktor dengan system sewa, adapun nilai diperhitungkan berdasarkan luas lahan
yakni Rp 975.000/Ha. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data primer,
maka total biaya sarana produksi usahatani padi sawah pasang surut di Desa
Karang Buah selama 1 kali proses produksi tahun 2012 adalah sebesar Rp
36.652.750,00 atau rata-rata Rp 1.221.758,00/petani.
Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK)
Tenaga kerja dalam keluarga yang
digunakan petani responden dalam berusahatani padi sawah pasang surut di Desa
Karang Buah adalah memanfaatkan tenaga dalam keluarga yakni yang menjadi
tanggungan keluarga petani responden seperti isteri dan anak serta keluarga
petani itu sendiri. Pemanfaatan tenaga kerja dalam keluarga dimaksudkan untuk
menambah nilai keuntungan petani. Total biaya tenaga kerja dalam keluarga
adalah sebesar Rp 64.180.000 dengan rata-rata Rp. 2.139.333,33/petani.
Tenaga
Kerja Luar Keluarga (TKLK)
Tenaga kerja luar keluarga yang
digunakan petani dalam usahatani padi sawah pasang surut tenaga kerja upahan
yang diambil dari luar wilayah Desa karang buah. Perhitungan upah tenaga kerja ini
berdasarkan
Hari Kerja Orang (HKO), dimana
dalam 1 hari tenaga kerja bekerja selama 7 jam sebesar Rp 25.000/HKO. hasil perhitungan total biaya tenaga luar
keluarga adalah sebesar Rp 59.550.000,00
atau rata-rata Rp
1.985.000,00/petani.
Biaya Pengolahan
Tanah
Pengolahan
tanah yang dilakukan dalam
penyelenggaraan usahatani padi sawah pasang surut di Desa Karang Buah ini
adalah menggunakan Hand Tractor. Perhitungan biaya untuk pengolahan tanah ini
berdasarkan luasan lahan yakni Rp. 975.000/Ha. Perhitungan Biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan
tanah ini dalam satu kali proses produksi adalah sebesar Rp 58.500.000,0 atau
rata-rata Rp 1.950.000,00/petani.
Dengan
demikian biaya variabel yang dikeluarkan petani responden untuk usahatani padi
sawah pasang surut di Desa Karang Buah dalam satu kali proses produksi adalah
sebesar Rp 218.882.750,00 atau dengan
rata-rata sebesar Rp 7.296.091,67/petani.
Biaya Total (Total Cost)
Biaya total (Total
Cost/TC) merupakan penjumlahan antara
biaya tetap total dengan biaya variabel total. Berdasarkan hasil perhitungan maka biaya
total yang dikeluarkan untuk usahatani padi sawah pasang surut di Desa Karang
Buah adalah sebesar Rp 232.349.480,00 dengan rata-rata Rp
7.744.982,67/petani. Dari keseluruhan
biaya total tersebut penggunaan yang terbesar dalam usahatani padi sawah pasang
surut di Desa Karang Buah adalah untuk
biaya variabel yakni sebesar Rp 218.882.750.
Hal ini disebabkan biaya variabel merupakan biaya yang akan mempengaruhi
produksi dan habis terpakai sedangkan biaya tetap tidak habis terpakai untuk 1
periode produksi, dan bisa dimanfaatkan untuk proses produksi selanjutnya.
Produksi
Produksi
merupakan hasil (Out Put) yang diperoleh dari korbanan/ input yang diberikan
pada usahatani padi sawah pasang surut di Desa Karang Buah Kecamatan Belawang
tahun 2012. Berdasarkan hasil wawancara dan analisis data diperoleh bahwa total
produksi padi sawah pasang surut petani responden sebesar 176.150 Kg Gabah
Kering Giling (GKG) dengan rata-rata 5871,67 GKG Kg/petani dan produktivitas
sebesar 2935 Kg/Ha (2,935 ton/Ha).
Penerimaan
Produksi yang
diperoleh dari usahatani padi sawah pasang surut di Desa Karang Buah dari 30
petani selama satu kali proses produksi adalah 176.150 Kg Gabah Kering Giling
(GKG) rata-rata 5.871,67 Kg/petani (2.935,83 Kg/Ha). Harga yang berlaku di lokasi penelitian
adalah Rp 2500/kg, dengan demikian penerimaan petani selama satu kali proses
produksi, di Desa Karang Buah adalah sebesar Rp 440.375.000,00,- atau dengan
rata-rata setiap petani Rp 14.679.000,00 (Rp 7.339.583,33/Ha).
Keuntungan dan Kelayakan
Keuntungan adalah
selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Berdasarkan hasil
pengolahan data primer maka diperoleh keuntungan usahatani padi sawah pasang
surut di Desa Karang Buah selama satu kali proses produksi dari 30 petani
responden adalah sebesar Rp 208.025.520,00 atau dengan rata - rata sebesar Rp
6.934.184,00/petani atau Rp 3.467.092,00/Ha.
Berdasarkan hasil
pengolahan data primer Lampiran 13, diperoleh nilai kelayakan usahatani padi
sawah pasang surut di Desa Karang Buah adalah sebesar 1,89 (RCR > 1). Nilai
kelayakan yang demikian menunjukan bahwa usahatani yang diselenggarakan adalah
layak untuk diusahakan, karena setiap Rp 1 biaya yang diinvestasikan maka akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,89 dan keuntungan sebesar Rp 0,89,
sehingga apabila biaya rata-rata yang dikeluarkan petani dalam berusahatani di
Desa Karang Buah Kecamatan Belawang sebesar Rp
7.744.982,67, maka akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 14.638.017,25
dan keuntungan sebesar Rp 6.893.034,58.
Analisis
Fungsi Produksi
Analisis fungsi produksi padi sawah
pasang surut di Desa Karang Buah dengan menggunakan fungsi produksi tipe
Cobb-Douglas dan pengujian asumsi kelinearan disajikan pada Tabel 12 berikut
ini.
Tabel 12. Hasil
Analisis Regresi Fungsi Produksi Cobb-Douglas Usahatani Padi Sawah Pasang Surut
Di Desa Karang Buah Tahun 2012.
Variabel
|
Koefisien
Regresi
|
Standart
Error
|
t-test
|
t-tab
|
Constant
Luas Lahan (X1)
Benih (X2)
Pupuk Urea (X3)
Kaptan (X4)
|
6.6448740
0.6796477
0.0695391
0.1145155
0.0872146
|
0.3210666
0.0865892
0.0690146
0.0388893
0.0365533
|
20.696246
7.8491083
1.0076000
2.9446547
2.3859546
|
-
2,457**
1,697
2,457**
1,697*
|
F-hitung =
554.2903
F-tab
(0,01) = 2.142 (30)
R2 = 0.988850
|
Sumber
: Pengolahan data primer 2012
Keterangan
:**Berpengruh sangat nyata pada taraf
kepercayaan 99%
*Berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95%
Berdasarkan hasil hasil pengolahan
data primer Tabel 12 dapat diketahui bahwa penduga faktor produksi padi sawah
pasang surut menunjukan nilai F-hit. 0.01
(554.2903) > F-tabel 0.01 (2,142), berarti secara
keseluruhan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dengan
kata lain faktor luas lahan X1), benih (X2), pupuk urea (X3) dan kaptan (X4) pada tingkat kepercayaan 99%
sangat berpengaruh terhadap produksi padi sawah pasang surut di Desa Karang
Buah Kecamatan Belawang Kabupaten Barito
Kuala.
Di lihat dari nilai Koefisien
Determinasi (R-Square) sebesar 0.988850,
dapat diketahui bahwa semua
variable independent yang dimasukan dalam persamaan ini mampu menerangkan variasi produksi sebesar
98.8850%, sedangkan sisanya 1,115% disebabkan oleh faktor lain yang tidak
dimasukan dalam penelitian ini.
Secara
parsial pengaruh faktor penduga secara rinci adalah sebagai berikut :
1. Luas
lahan (X1), faktor produksi ini menunjukan pengaruh sangat nyata terhadap
produksi yang dihasilkan pada taraf kepercayaan 99%, hal ini terlihat dari nilai
t-hit (7.8491083) > t-tab 0.01 (2,457).
2. Benih (X2), berdasarkan hasil
analisis regresi, faktor ini menunjukan pengaruh tidak nyata terhadap produksi
pada taraf kepercayaan 95%; karena nilai
t-hit (1.0076000) > nilai t-tab 0.05
(1.967).
3.
Pupuk urea (X3) faktor ini menunjukan pengaruh sangat nyata pada taraf
kepercayaan (99%), terhadap produksi karena hasil analisis menunjukan bahwa
nilai t-hit (2.9446547) > t-tabel 0.01
(2,457).
4.
Kaptan (X4), faktor ini menunjukan pengaruh
nyata terhadap produksi pada taraf kepercayaan 95% karena nilai t-hit
(2.3859546) < t-tabel 0.05 (1,697).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan dilapangan dan analisis data primer mengenai usahatani Padi
sawah pasang surut di Desa Karang Buah Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan
Selatan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut ;
1.
Bahwa secara
teknis penyelenggaraan usahatani padi sawah pasang surut adalah semi modern,
namun dalam memanfaatkan teknologi modern yang saat ini mudah didapatkan,
terutama teknologi pupuk belum sepenuhnya dipahami oleh petani.
2.
Produksi yang diperoleh dari usahatani padi sawah dari 30
petani responden, sebesar 176.150 Kg (176,150 ton) dengan produktivitas sebesar
2.935/Ha (2,94 ton/Ha).
3.
Secara
keseluruhan faktor produksi padi sawah pasang surut menunjukan nilai F-hit. 0.01
(554.2903) > F-tabel 0.01 (2,142), berarti secara
keseluruhan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dengan
kata lain faktor luas lahan X1), benih (X2), pupuk urea (X3) dan kaptan (X4) pada tingkat kepercayaan 99%
sangat berpengaruh terhadap produksi padi sawah pasang surut di Desa Karang
Buah Kecamatan Belawang Kabupaten Barito
Kuala.
4.
Secara parsial
pengaruh faktor penduga secara rinci adalah sebagai berikut :
Luas lahan (X1), faktor produksi
ini menunjukan pengaruh sangat nyata terhadap produksi yang dihasilkan pada
taraf kepercayaan 99%, hal ini terlihat dari
nilai t-hit (7.8491083) >
t-tab 0.01 (2,457), Benih (X2), berdasarkan hasil analisis regresi,
faktor ini menunjukan pengaruh tidak nyata terhadap produksi pada taraf kepercayaan
95%; karena nilai t-hit (1.0076000) > nilai t-tab 0.05 (1.967),
Pupuk urea (X3) faktor ini menunjukan pengaruh sangat nyata pada taraf
kepercayaan (99%), terhadap produksi karena hasil analisis menunjukan bahwa
nilai t-hit (2.9446547) > t-tabel 0.01
(2,457). Kaptan (X4),
faktor ini menunjukan pengaruh nyata
terhadap produksi pada taraf kepercayaan 95% karena nilai t-hit (2.3859546)
< t-tabel 0.05 (1,697).
Saran
1. Penelitian yang akan diharapkan meneliti variabel lain
yang tidak termasuk dalam veriabel penelitian ini.
2. Untuk membantu masyarakat (petani) dalam hal
berusahatani padi sawah pasang surut maka perlu adanya adopsi teknologi ,
biologi maupun mekanis.
3. Perlu adanya perbaikan dibidang budidaya dalam hal
penentuan waktu tanam, varitas yang digunakan.
4. Perlu adanya perhatian yang serius dari instansi
terkait, untuk mengaktifkan petugas penyuluh.
DAFTAR
PUSTAKA
BIP,
Banjarbaru, 1991. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija dan Sayuran.
DIPERTA
Kabupaten Banjar,2002. Data Statistik.
Dirjen
Pertanian Tanaman Pangan. 1986. Bercocok
Tanam Padi Gogo /Pasang Surut. Proyek Pembinaan Pertanian Pangan Daerah
Tarasmigrasi Pusat Jakarta
Fadholi
Hernanto. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Seri Pertanian. Jakarta.
Heru.,
S. 1995. Komoditas Unggulan Lahan Pasang Surut Pada Era Perdagangan Bebas dan
Pengembangannya. Balittra. Banjarbaru.
Jeffry E. Sianipar1, Parlindungan Silitonga1, S. Hartono2 Sriwidodo2,
Dwidjono2. Analisis Fungsi Produksi
Intensifikasi Usahatani Padi Di Kabupaten Manokwari. Informatika
Pertanian Volume 18 No. 2, 2009
Krisnandhi dan Bahrin Samad, 1987. Menggerakan dan
Membangun Pertanian. CV. Yasaguna. Jakarta.
Masri
Singarimbun. Dan Sofyan Effendi. 1981. Metode Penelitian Survai. LP3ES.
Jakarta.
Moeljadi
Banoewidjojo. 1983. Pembangunan Pertanian. Usaha Nasional. Surabaya.
Noorsyamsi, Anwarhan, Soelaiman dan Beachell. Rice
Cultivation in The Tidal Swamps of Kalimantan.
Salladien,
1996., Dasar-Dasar Kependudukan. Universitas Brawijaya Malang.
Soeharjo A & Patong, D. 1986. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani.
Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.
Syarifuddin A. Kasim, 1995. Petunjuk
Praktis Menghitung Keuntungan dan Pendapatan Usahatani. UNLAM Banjarbaru. Lambung Mangkurat Press.
No comments:
Post a Comment