ANALISIS
PEMASARAN AGRIBISNIS LADA (Piper nigrum L) DI DESA MANGKAUK
KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR
KALIMANTAN
SELATAN
(Analysis
Marketing Agribisnis Pepper in the Mangkauk village of Pengaron
of Banjar district South Kalimantan)
Hastirullah Fitrah
ABSTRACT
The purpose of this study is
Knowing the pattern of marketing
channels , analyze and share the marketing margin, and
to analyze the level of marketing efficiency. pepper in the Mangkauk village.
Based on field observations and
analysis of data tabulation is known that selling price pepper producer
farmers of 50.000 IDR/Kg and the consumer final purchase price of
61,000 IDR, with the margin 11,000 IDR, and the share of 81.967%, the pattern
of 1's, producers farmers to sell directly to the end consumer, profit of
10.800 IDR/Kg. Marketing patterns 2nd, there is a longer marketing chain,
namely: farmer producers, traders and retailers. The selling price of pepper at
the producers farmers level, same with a pattern 1's is 50.000 IDR/Kg, the
selling price of traders level is 61.000
USD/Kg, and the selling price retailers level is 72.000 IDR/Kg, so that the end
consumer buy at a price of 72.000 IDR /Kg.
the level producer farmes, marketing margin of 69,44%, traders of 11.000 IDR,
and share of 69,44%, and retailers of 22.000
IDR, with share of 84,722%. Gains derived by 10.300 IDR/Kg traders with a
share of 14.305%, while retailer profits earned 10.800 IDR/Kg with a share of
84.722%.
Value of marketing efficiency in
pattern 1 by 1.97% and the 2 patterns, traders is 1.14% and 0.27% retailers, based on the
results of these calculations the chain or the most efficient marketing channel
is the retailer level, efficient because the value lies between 0.1% - 50%.
Key words : Marketing, pattern, margin,
share, profit, efficiency,
I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pembangunan pertanian sebagai
bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkesinambungan atau kelanjutan,
yang berorientasi pada agribisnis, dengan berbagai tujuan, seperti ; memaksimalkan
kualitas dan kuantitas produksi,
meningkatkan kesejahteraan petani, memperluas lapangan pekerjaan, kesempatan berusaha, menunjang pembangunan industri, meningkatkan
ekspor dan menunjang pembangunan daerah, dengan demikian pembangunan pertanian
diarahkan untuk menumbuhkan perekonomian pedesaan dalam menunjang pembangunan
nasional (Sjarifuddin, 1997).
Politik ekonomi nasional
diarahkan untuk menghasilkan struktur ekonomi nasional, agar terwujud pengusaha
menengah yang kuat dan besar jumlahnya, serta terbentuknya kaitan dan kemitraan
yang saling menguntungkan antar pelaku ekonomi, seperti ; usaha kecil, mengengah, koperasi,
usaha-usaha besar dan BUMN yang saling memperkuat untuk mewujudkan demokrasi
ekonomi dan efisiensi nasional yang berdaya saing tinggi. (Boedi, 2002).
Menurut
Swastha dan Irawan (2003) mendefinisikan pemasaran merupakan suatu sistim dari
kegiatan-kegiatan usaha dalam rangka merencanakan, menentukan harga, dan memperkenalkan barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan
baik kepada para pembeli, namun demikian pemasaran bagi kebutuhan agribisnis
harus memenuhi konsep efisien dan pemerataan, hal ini disebabkan barang yang
sampai ke konsumen akhir dari produsen, apakah ada keterlibatan lembaga
pemasaran, dan apakah ada pemerataan diantara lembaga pemasaran tersebut,
karena makin panjang rantai pemasaran maka makin tidak efisien pertukaran
barang tersebut.
Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan tanaman tropis
yang merupakan tanaman perkebunan yang berperan sebagai tanaman ekspor dan
tersebar di beberapa daerah di Indonesia, seperti ; Lampung, Sumatera Selatan,
Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.
Tanaman Lada merupakan sebagai tanaman yang dapat menghasilkan devisa Negara
non migas dan sumber pendapatan pedapatan petani (Dirjenbun Direktorat Bina Pembenihan, 1995).
Desa Mangkauk merupakan salah
satu desa yang ada di kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan
Selatan. Usahatani tanaman lada di desa ini merupakan salah satu dari produk
perkebunan yang bersifat tahan lama, penyumbang pendapatan dan devisa Negara.
Namun petani lada dalam hal pemasaran, mengalami kendala, karena kesulitan
dalam memasarkan hasilnya, pada umumnya yang berperan dalam tataniaga lada di
desa ini adalah para tengkulak dan pedangang pengumpul yang langsung datang kerumah-rumah petani
lada, dengan kondisi yang demikian produsen atau petani lada selalu memperoleh
pendapatan yang rendah apabila dibandingkan dengan hasil panennya dijual langsung tanpa
perantara, sehingga dengan kondisi yang demikian agribisnis lada tidak akan
berkembang dan terus mengalami penurunan, apalagi ada pengaruh dari perkebunan
kelapa sawit dan pertambangan. Sehubungan
dengan permasalahan tersebut diatas maka peneliti menganalisis mengenai pemasaran
lada di desa mangkauk.
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan Penelitian ini
adalah :
1. Mengetahui pola saluran pemasaran lada di Desa
Mangkauk
2. Menganalisis
margin dan share pemasaran lada di Desa Mangkauk.
3. Menganalisis tingkat efisiensi pemasaran di Desa
Mangkauk
II.
METODOLOGI
2.1.Tempat Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di Desa Mangkauk Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan.
2.2. Metode Penarikan
Contoh
Penelitian ini menggunakan metode survey
dengan teknik observasi. Karena jumlah petani lada yang sangat sedikit, maka
teknik pengambilan contoh dilakukan secara sensus, jumlah sampel diambil
keseluruhan petani lada yakni 20 orang.
Untuk lembaga pemasaran pengambilan contoh secara accidental sampling, sebanyak 2 orang.
2.3. Analisis Data
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk menganalisis margin pemasaran lada menurut Basu dan
Irawan (1990) merupakan perbedaan antara harga di tingkat produsen dan harga
ditingkat konsumen, secara matematis sebagai berikut :
Mr = Pr – Pf ……………………….(1)
Keterangan :
Mr = Margin pemasaran (Rp)
Pr = Harga ditingkat pengecer (Rp)
Pf = Harga ditingkat Produsen (Rp)
Karena margin pemasaran, merupakan
jumlah dari biaya dan profit (keuntungan) suatu pemasaran, maka keuntungan
suatu pemasaran dapat diketahui sebagai berikut :
Ï€ = M – C…………………………(2)
Keterangan :
Ï€ = Keuntungan pemasaran (Rp)
M = Margin Pemasaran (Rp)
C = Biaya Pemasaran (Rp)
Menurut Soekartawi (2002), untuk
mengetahui efisiensi pemasaran dapat dianalisis dengan membandingkan total
biaya pemasaran dengan produk yang dipasarkan, secara matematis sebagai berikut
:
EPs = (TB/TNP) x 100% …………(3)
Keterangan
:
EPs = Efisiensi Pemasaran
TB = Total Biaya Pemasaran
TNP = Total Nilai Produk yang dipasarkan
Kriteria
:
1. Jika Ep 0,1% - 50%, berarti
system pemasaran tersebut lebih efisien atau efisiensi pemasaran tinggi.
2. Jika Ep 50 % < Ep ≤ 100%,
berarti system pemasaran tersebut kurang efisien atau efisiensi pemasaran
rendah.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Harga dan Biaya Pemasaran
a.
Harga
Harga lada yang berlaku di Desa
Mangkauk pada saat ini atau ditingkat petani, sangat berfluktuasi, yakni
berkisar antara Rp 50.000 sampai dengan Rp 80.000. harga yang demikian sangat
tergantung pada kualitas lada yang dihasilkan oleh petani. Upaya petani untuk
meningkatkan kualitas lada terkendala pada modal petani yang terbatas, sehingga
kadangkala petani menjual ke pedagang pengumpul
dengan kualitas rendah. Dalam transaksi tersebut pedagang pengumpul
menentukan harga yang berdasarkan taksiran atas kadar air yang ditentukan oleh
pedagang pengumpul tanpa peralatan apapun.
b.
Biaya
Pemasaran
Pada tingkat petani/produsen lada
biaya yang dikeluarkan hanya dalam kegiatan pemeliharaan (sebelum panen),
panen, pembersihan dan angkut yang
dinilai berdasarkan harga jual lada. Adapun biaya tersebut 1. Retribusi Rp
3000/karung/50 Kg (Rp 100/Kg) , 2. Sewa tempat 1 kali seminggu Rp
500/karung/50Kg.
Pada tingkat pedagang pengumpul
biaya yang dikeluarkan meliputi ; 1. Angkutan Rp 8750/Karung/50 Kg (Rp.
175/Kg),
2.
Penimbangan Rp 3750/karung /50 Kg (Rp.75/Kg), 3. Penyimpanan dan penjemuran Rp
5000/ karung /50 Kg (Rp 100/Kg).
Pada tingkat pedagang pengecer,
biaya yang dikeluarkan meliputi ; 1. Bongkar muat/angkutan Rp 7500/karung/50 Kg
(Rp 150/Kg), 2. Retribusi Rp 3000/karung (100 Kg).
3.2. Kegiatan Pemasaran Lada
a. Kegiatan Ditingkat Petani
Petani lada di Desa Mangkauk
mempunyai diversifikasi usahatani yang meliputi ternak sapi dan unggas, padi
sawah serta perkebunan, tingkat diversifikasi tersebut sangat mempengaruhi
dalam proses pemasaran lada, karena
waktu, tenaga dan modal, tidak sepenuhnya untuk pemasaran lada, sehingga
kegiatan petani terhadap pemasaran lada hanya sekedar memanen, dan menjual.
b. Kegiatan di tingkat pedagang pengumpul
Pedagang pengumpul dalam
melaksanakan transaksi lada di tempat petani lada atau pedagang datang
kerumah-rumah petani lada, penetapan harga ditingkat petani tergantung pada ketersediaan
lada, dimana; panen lada umumnya dilaksanakan petani di Desa Mangkauk hanya 1
kali panen dalam satu tahun. Sehingga pedagang pengumpul membeli harga tinggi
apabila ketersediaan lada jumlahnya sedikit dan sebaliknya. Namun demikian
pedagang pengumpul dimudahkan dengan adanya sarana transportasi yang baik
sehingga memudahkan pedagang pengumpul untuk membeli lada.
c. Kegiatan di Tingkat Pengecer
Pedagang pengecer pada umumnya
berada di kecamatan dan dalam melakukan pembelian hanya dari pedagang
pengumpul, sehingga pengecer tidak membeli langsung di produsen, karena
pedagang pengecer tidak hanya membeli di satu lokasi saja, bahkan ada yang dari
luar kecamatan. Pedagang pengecer malakukan pembelian dalam jumlah terbatas,
karena pedagang pengecer melihat situasi keberadaan lada dipasaran.
3.3. Pola Saluran Pemasaran
Pola pemasaran lada di Desa
Mangkauk Ada 2 pola yakni :
Produsen
|
Konsumen Akhir
|
Produsen
|
Pola II.
Pedagang Pengumpul
|
Pedagang Pengecer
|
Konsumen Akhir
|
Gambar 1. Pola Pemasaran Lada
3.4. Margin, Share, dan Keuntungan Pemasaran
Margin pemasaran merupakan
selisih harga di tingkat produsen dan harga ditingkat konsumen. Share adalah perbandingan bagian yang
diterima dengan harga yang dibayarkan atau bagian keuntungan dari masing-masing lembaga
pemasaran.
Adapun margin dan share pemasaran lada
di Desa Mangkauk pada masing-masing pola dapat dilihat pada Tabel 1 berikut
ini.
Tabel 1. Margin Pemasaran, Distribusi
Margin,Share dan
Keuntungan Pemasaran Pola 1 di
Desa Mangkauk
No
|
Uraian
|
Rp (Kg)
|
Distribusi Margin
(%)
|
Share (%)
|
1.
|
Petani Produsen
a. Harga Jual
b. Biaya pemasaran
- Retribusi
c. Keuntungan
d. Margin
Pemasaran
e. Harga Konsumen
akhir
|
50.000
200
10.800
11.000
61.000
|
1,81
89,09
|
81,967
0,328
16,066
|
Total
Margin Pemasaran
|
11.000
|
Sumber : Pengolahan Data Primer
Tabel 2. Margin Pemasaran, Distribusi
Margin,Share dan
Keuntungan Pemasaran Pola 2 di
Desa Mangkauk
No
|
Uraian
|
Rp (Kg)
|
Distribusi Margin
(%)
|
Share (%)
|
1.
2..
3.
|
Petani
Produsen
Harga Jual
Pedagang
Pengumpul
a. Harga beli
b. Biaya pemasaran
- Angkutan
- Penimbangan
- Penyimpanan
c. Keuntungan
d. Margin
Pemasaran
e. Harga jual
Pedagang
Pengecer
a. Harga Beli
b. Biaya pemasaran
- Retribusi
c. Keuntungan
d. Margin
Pemasaran
e. Harga jual
|
50.000
50.000
350
150
200
10.300
11.000
61.000
61.000
200
10.800
22.000
72.000
|
1,591
0,682
0,909
46,818
0,909
49,091
|
69,444
69,444
0,486
0,208
0,278
14,305
84,722
2,778
11,806
|
Sumber : Pengolahan Data Primer
Berdasarkan data pada tabel 1
tersebut diatas, diketahui bahwa harga jual petani produsen lada sebesar Rp
50.000/Kg dan harga beli di konsumen akhir sebesar Rp 61.000, dengan margin Rp
11.000, dan share sebesar 81,967%, pada pola 1 ini petani produsen langsung
menjual ke konsumen akhir, karena tidak ada pengaruh dari lembaga pemasaran dan
biaya yang dikeluarkan tidak banyak, hanya retribusi dan sewa tempat, yakni sebesar
Rp 1.200/Kg, sehingga keuntungan petani produsen dengan pola 1 ini memperoleh
keuntungan sebesar Rp 10.800/Kg.
Sedangkan Pola pemasaran ke 2, terdapat rantai pemasaran yang lebih
panjang yakni ; petani produsen, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.
Harga jual lada di tingkat petani produsen sama dengan pola 1 yakni sebesar Rp
50.000/Kg, harga ditingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 61.000/Kg, dan harga
ditingkat pedagang pengecer sebesar Rp 72.000/Kg, sehingga konsumen akhir
membeli dengan harga Rp 72.000/Kg. margin pemasaran pada tingkat petani produsen
sebesar Rp 11.000 dengan share sebesar 69,444%. pedagang pengumpul sebesar Rp
11.000 dan share sebesar 69,44% dan pedagang pengecer Rp 22.000, dengan share
sebesar 84,722%. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar Rp
10.300/Kg dengan share sebesar 14,305%, sedangkan pedagang pengecer keuntungan
yang diperolehnya adalah sebesar Rp 10.800/Kg dengan share sebesar 84,722%, hal
ini sangat besar sekali keuntungan yang diperoleh baik pedagang pengumpul
maupun pedagang pengecer, karena petani produsen memerlukan biaya usahatani,
sementara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, mengeluarkan biaya angkut,
retrebusi dan sewa tempat.
3.5. Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran merupakan perbandingan
antara biaya keseluruhan dengan nilai produk keseluruhan yang
dipasarkan. Nilai efisiensi pemasaran pada pola 1 sebesar 1,97% dan pada pola 2,
pedagang pengumpul sebesar 1,14% dan
pedagang pengecer sebesar 0,27%, berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka
rantai atau saluran pemasaran yang
paling efisien adalah pada tingkat pedagang pengecer, karena nilai efisien
terletak antara 0,1% - 50%.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan
dilapangan dan analisis tabulasi data
mengenai pemasaran lada di Desa Mangkauk dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat
2 pola saluran pemasaran lada, yakni ; petani produsen menjual ke konsumen
akhir dan petani produsen menjual ke pedagang pengumpul, pedagang pengecer.
2. Margin
dan share yang tertinggi adalah pada pola ke 2, pada tingkat pedagang pengecer yakni
; margin sebesar Rp 22.000/Kg dan share sebesar 84,722%.
3. Pada
pola ke 2 ditingkat pedagang pengecer, pemasaran lada lebih efisien.
4.2. Saran
Dalam rangka mempertahankan dan
mengembangkan agribisnis lada di Desa
Mangkauk maka disarankan :
1. Petani lada hendaknya sebelum menjual lada,
sebaiknya dilakukan pengolahan terlebih dahulu, agar kualitas lada terjamin.
2. Perlu
adanya perhatian pemerintah dalam memfasilitasi pemasaran lada.
V. DAFTAR PUSTAKA
Basu.,S.,
dan Irawan.1990. Manajemen Pemasaran Moderan. Liberty. Yogyakarta.
Boedi
Harsono.2002. Hukum Agraria Indonesia Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah.
Djambatan.Jakarta.
Departemen
pertanian, 1989. Bercocok Tanam Lada. Balai Informasi pertanian Sulawesi
Tenggara.
Direktorat
Jenderal Perkebunan. Direktorat Bina Pembenihan. 1995. Petunjuk Teknis
Pembangunan Kebun Induk Tanaman Lada. Jakarta.
Soekartawi.2002.
Prinsip-Prinsip
Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian: Teori & Aplikasinya.
Rajawali Pers. Jakarta.
Sjarifuddin
Baharsyah. 1997. Media Perkebunan . Memperkuat Struktur Perkebunan Melalui
Kemitraan. PT. Grafitia Citra Sembada. Jakarta.
No comments:
Post a Comment